Aku mencabut pisau yang masih menancap di dada Sifeng. Seketika itu juga, darah semakin mengucur dari luka Sifeng bagai aliran sungai darah.
"Aku memang gila dan akan lebih gila lagi jika harus menanggung penyesalan seumur hidup, A-Feng! Aku tidak mau menjalani hidup dengan penuh penyesalan. Aku juga ingin pergi dari dunia ini!"
gumamku.
Baiklah, aku memang pengecut. Aku muak dengan semua takdir ini. Aku lelah. Aku akan menggoreskan pisau itu ke pembuluh nadiku, sebelum akhirnya aku mendengar suara cekikikan yang tidak asing bagiku.
"Khikhikhikhi."
Suara itu terdengar semakin nyata.
Apa itu Roh Sifeng?
Atau hanya imajinasiku?
To be continued ....
AN :
Babang Gun Wook jangan nyerah gitu aja dong! Kamu harus melanjutkan hidupmu denganku. Eh? Hehehe
Jangan lupa kritik dan sarannya, Kawan.