"Apa yang Anda bicarakan, Laoban? Bolehkan saya mengetahui kertas apa itu sebenarnya?" tanya Yushen kembali. Begitu penasaran.
Sifeng menampilkan senyum misterius. Ia seperti sengaja mengulur waktu, membuat Yushen semakin penasaran. Sifeng malah bersandar di sandaran sofa sambil meletakkan kedua kakinya di pundak Yushen. Benar-benar niat sekali dia mengerjai asisten pribadinya itu.
Jangan tanyakan perasaan Yushen saat ini! Sudah pasti dia sudah menyumpahserapahi adiknya yang kurang ajar itu dalam hati.
"Apa ini maksudnya, Laoban? Anda masih tega menyuruhku untuk memijit lagi, eum? Kalau pingsan lagi, bagaimana? Lalu, mati kedinginan karena pingsan di lantai. Apa Anda mau bertanggungjawab?" Yushen coba beralasan agar tidak disuruh-suruh oleh majikannya itu lagi. Yushen masih belum mendapatkan seluruh tenaganya kembali.
"Bukan memijit, Yushen! Aku hanya ingin tahu kau dapat dari mana luka jahitan di perut bawah bagian kiri itu!"