Sifeng bangkit dan mengulurkan tangannya ke arah Yushen. Dan tentu saja ini untuk pertama kalinya dalam ingatan Sifeng.
Diberi uluran tangan seperti itu, Yushen malah mengernyit tidak langsung meraih uluran tangan itu. Dia masih menaruh curiga pada bosnya yang kejam itu.
Sifeng yang tidak segera mendapatkan respons dari Yushen, merasa kesal. Ia mengembuskan napas kasar dan melotot ke arah Yushen.
"Mau dibantu berdiri atau tidak, hah?!" bentak Sifeng. Putra bungsu Tuan Zhang ini memang tidak pernah santai dalam keadaan apa pun. Selalu saja emosi yang menguasai dirinya. Memang seperti inilah karakter Sifeng yang sesungguhnya sebelum kenal Yushen.
Yushen tak menjawab. Ia malah merebahkan diri kembali ke lantai. Menggunakan kedua lengan kirinya sebagai bantal, sedangkan lengan kanannya untuk menutupi mata. Yushen terlihat seperti akan tidur kembali.
Sifeng yang kesal, bangkit dan menendang tulang kering asisten pribadiya. Yushen mengadu kesakitan sambil memegangi tulang keringnya.