"Xiao Yushen! Bangunlah, kumohon! Jika kau bangun, aku berjanji akan menaikkan gajimu!"
Kalimat itu terucap begitu saja dari bibir Sifeng.
"Yushen! Kalau kau masih tidak bangun juga, aku tidak akan memaafkanmu!"
Ketika Sifeng mengatakan ini, ia melihat mata adiknya itu berkedut. Sepertinya, Sifeng sedang berusaha keras untuk membuka mata.
"Yushen, kau selalu berharap aku menganggapmu sebagai kakak, bukan? Jika kau bangun saat ini juga, aku akan mengabulkan permintaanmu itu. Jadi, kumohon bangunlah, Xiao Yushen!"
Sifeng mengatakan kalimat ini dengan suara yang serak. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Mata Sifeng juga terasa memanas kali ini. Tidak mungkin jika ia ingin menangisi Yushen yang hanya asisten pribadi baginya, bukan? batinnya, menampik kenyataan.