"Kuharap, kau ingat tujuanmu ke sini, A-Feng! Jangan terlalu terbawa perasaan!" bisik Yushen, diikuti cubitan kecil pada paha adiknya.
Sifeng mengangguk. Kemudian Sifeng beralih menatap ke arah Tuan Watanabe. Sifeng menangkupkan kedua tangan.
"Kakek, sebelumnya saya minta maaf. Walau saya tidak diharapkan lagi di keluarga ini, tapi saya tetap memohon bantuan Anda. Kami mohon bantuan Anda untuk memulihkan perusahaan kami, Kakek!"
Suara Sifeng terdengar begitu gugup. Bahkan Sifeng butuh semalaman untuk menghafalkan dialog ini. Dan Sifeng mengucapakannya dalam sekali tarikan napas.
"Kuharap, kau tidak mengambil hati perkataan ibumu 11 bulan yang lalu, Son. Percayalah, kau adalah cucu kandungku! Sampai kapan pun kau akan tetap menjadi cucuku, Takumi," ucap Tuan Watanabe.
"Hah, Takumi" ucap Yushen, heran. Yushen sambil melirik ke arah Sifeng.
Sifeng yang juga tidak tahu-menahu, membalas dengan mengangkat kedua bahunya.
