"Aku tidak bisa baik-baik saja sepertimu, Yu Gege. Aku merasa jika diriku ini m tidak ada gunanya di dunia ini. Bahkan, ibu kandungku tidak menginginkan keberadaanku," ucap Sifeng.
Yushen menarik kepala adiknya bersandar ke dada bidangnya. Yushen mengusap lembut kepala Sifeng.
Hening sesaat. Tidak ada yang ingin berucap di antara Yushen dan Sifeng. Mereka memang merindukan satu sama lain. Mereka merasa bahagia jika berada di saat seperti ini. Saat di mana mereka saling menguatkan. Ingin rasanya mereka menghentikan waktu saat ini juga.
Sifeng mendongak. Kemudian, dia berucap, "Aku sudah tidak punya banyak waktu ya, Yu Gege?"
Mendengar kalimat ambigu itu refleks Yushen mendorong Sifeng hingga Sifeng jatuh terjerembab di lantai.
"Ap-apa yang kau katakan, hah? Aku tak suka kau mengatakan hal semacam itu, A-Feng!" bentak Yushen, panik. Dia takut jika ternyata adiknya sudah mengetahui tentang ' nyawa 18 bulan' itu.
Sifeng hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.