Yushen dan Sifeng masih berada di hutan belantara di lereng gunung. Terdapat deretan pohon pinus di sekeliling mereka. Bahkan, cahaya matahari tidak sanggup menembus tempat ini. Sunyi dan gelap.
"Yushen!"
"Hmm?"
"Aku ... aku ingin buang air kecil."
"Hey, hentikan, Bodoh! Aku menyesal mengajakmu, Sifeng. Ini hutan, ingat? Bisa saja ada binatang buas yang siap menerkam kita." Yushen berteriak, marah. Yushen mengutuk kebodohan adiknya itu.
"Ah iya sudah, aku kencing di sini saja." Sifeng berkata. Sifeng sudah bersiap menurunkan resletingnya. Sifeng duduk di kursi belakang sedari tadi.
"Hey, hentikan! ini mobil baruku! Jangan macam macam kau, Bodoh!"
"Ayolah, Yushen! Lalu aku harus bagaimana? Aku bisa menderita kencing batu kalau seperti ini."
"Diam!" bentak Yushen.
Setelah melihat sekeliling, memastikan tidak ada hewan buas di sekitarnya, Yushen menghentikan laju mobil.
"Keluar sekarang, Sifeng! Aku akan menunggumu di dalam mobil." Yushen berkata.
"Kau serius, Yushen? Kau tega membiarkanku dimangsa hewan buas di sini, huh?"
"Lalu, apa aku harus melihatmu kencing, Saudaraku?"
"Setidaknya ikutlah turun bersamaku, Gege!"
"Cih, palsu! Kau memanggilku 'Gege' hanya saat membutuhkan saja, Sifeng. Aku sudah tahu kebiasaanmu!"
Dengan terpaksa, Yushen juga ikut turun bersama adik manjanya itu.
Beberapa menit Yushen menunggu, tapi Sifeng belum juga kembali dari 'tugasnya'.
"Lama sekali, Sifeng? Cepatlah! Jika tidak keluar, aku akan meninggalkanmu!" ancam Yushen pada Sifeng yang kencing di balik pohon besar.
"Sebentar, Yushen. HUWAAKH APA ITU?"
Suara Sifeng terdengar sangat ketakutan. Saat ini, Yushen merasa sangat panik.
"Ada apa, hah? Kenapa kau berteriak, Sifeng?" Yushen berteriak agar suaranya dapat didengar oleh Sifeng, yang masih berada di balik pohon besar.
"Kemarilah, Yushen Gege!!" suara Sifeng, terdengar bergetar karena takut.
"Kau tidak bermaksud memperlihatkan 'barang'mu, bukan?" ucap Yushen, masih berada beberapa langkah dari Sifeng berada.
"Ayolah, Yushen! Cepat kemari!"
Pada akhirnya, Yushen menghampiri Sifeng yang berada di balik pohon besar.
"Kenapa kau berteriak, huh?"
"Sstts, jangan keras-keras! Lihat sosok yang ada di balik bebatuan itu!" Sifeng menunjuk ke arah bebatuan, yang jaraknya cukup jauh dari mereka.
"Siapa mereka? Kenapa ada di tempat seperti ini, ya?" Yushen bergumam.
"Haduuh, Yushen. Kita pergi saja, ayo! Bulu kudukku mulai berdiri. Lagipula hari mulai gelap. Aku sungguh takut, Yushen."
"Ah, dasar penakut! Kau memang payah, Sifeng! Siapa tahu mereka juga tersesat seperti kita, bukan?" Yushen menggerutu.
"Iya kalau manusia? Kalau sejenis setan, siluman bagaimana? Apa kau bisa melawan mereka, hah?" Sifeng menyahut. Dia terlihat begitu takut.
"Percayalah, aku akan melindungimu, Sifeng!" Yushen mencoba menenangkan saudaranya.
"Bagaimana kalau aku tunggu di sini saja?" saran Sifeng.
"Baiklah, tapi aku juga tidak menjamin kalau kau akan aman disini." Yushen terseny tipis.
"Kau mencoba menakutiku, heh? Dan ya, kau berhasil, Gege. Baiklah, aku ikut denganmu saja."
Mereka berdua menghampiri sosok di balik bebatuan itu. Setelah semakin dekat, ternyata mereka ada dua.
Ya, 2 orang pria, bukan setan seperti kata Sifeng. Mereka memakai pakaian ala pangeran dari kerajaan fantasi, yang dihiasi beberapa batu mulia di sisi permukaannya. Sifeng pernah melihat pakaian seperti itu ketika ia main game kerajaan.
Rambut mereka berwarna putih keperakan sepundak, sangat kontras dengan kulit mereka yang putih pucat. Sepertinya, yang satu terluka.
Yushen dan Sifeng mulai berjalan mendekat.
"Permisi, Tuan. Apa yang kalian lakukan di hutan ini?" Yushen bertanya pada dua pria misterius itu.
Salah satu dari mereka menatap tajam pada Yushen. Sedikit menyeramkan, hingga membuat Sifeng langsung bersembunyi dibalik tubuh Yushen.
"Ayolah, Gege! Kita pergi saja dari sini!" bisik Sifeng.
"Diamlah! Mungkin mereka butuh bantuan kita!"
Hening sejenak.
Kedua pria misterius itu mengabaikan sapaan Yushen.
Yushen sedikit kesal memang, tapi melihat kondisi salah satunya sangat memilukan. Ya, yang paling muda terluka. Dan yang lain memangkunya.
Samar-samar, Yushen mendengar perkataan mereka. Yushen dan Sifeng sedikit menjauh dari dua pria asing itu.
Mungkin mereka agak terganggu, batin Yushen. Lalu, Yushen mencuri dengar dari salah satu mereka.
"Tunggu! Jangan pergi, Manusia!"
Bersambung ....