Kaila menatap ragu pada sang papa, dia masih menunggu respon baik dari Allard. Tentu, dia datang dengan maksud supaya diizinkan.
Allard melirik putrinya sepenuhnya, dia bahkan sampai menutup laptopnya. Allard adalah sosok pekerja keras semenjak dia membangun perusahaan ini.
Sampai sampai pria itu melewatkan waktu makan siangnya.
"Memangnya pekerjaan penting apa yang kamu tinggalkan?" tanya Allard, dia harus tahu dulu supaya bisa memutuskannya dengan penuh pertimbangan.
"Rapat dengan klien penting yang udah, Papa. Tunggu selama satu tahun ini," aku Kaila pelan, dia melirik papanya dengan senyuman manis.
Agar hati Allard luruh, semoga saja.
Allard tak langsung memberikan jawaban, dia malah bangkit lantas mendekati Kaila. Berdiri dengan jarak yang begitu dekat, tak lama setelahnya Allard mengambil satu telapak putrinya.
Dia genggam begitu erat, seakan jika kendur sedikit saja. Maka, gadis itu akan menghilang dari pandangannya.