Kaila pulang dengan perasaan hancur yang tak dapat dideskripsikan, dia bahkan tak mampu untuk berkata kata lagi.
Kaila tak sanggup untuk memikirkan bagaimana orang yang ia sangat kenal itu bisa melakukan perbuatan keji seperti yang sudah orang itu lakukan pada Tia.
"Kenapa ... kenapa dia tega melakukan itu, kenapa dia harus meninggalkan Tia?" gumam Kaila dengan kepala menggeleng berkali kali, Kaila tak bisa menerima ini.
Seperti yang Allard tebak, Kaila memang tak bisa menerima hal ini dengan mudah. Rasanya seperti dia ditampar oleh kenyataan yang begitu pahit.
Kaila melihat sekitar dengan tak tenang, dia kehilangan akal dan bingung harus bagaimana.
"Kalau begini, lebih baik aku nggak tau apa apa," cakap Kaila seperti menyesal karena sudah tahu siapa pelaku itu sebenarnya.
Kaila mondar mandir ke sana dan ke sini tak bisa berpikir jernih, sampai pada akhirnya dia ingat akan seseorang yang pasti akan jauh lebih terpukul dari pada dirinya.