Gelas di tangan Wiyana jatuh begitu saja, setelah mendapatkan kabar buruk dari Haidar.
"Ha––Haidar sekarat?" ulang Wiyana dengan nada suara yang bergetar, jantungnya terpacu cepat.
Matanya langsung menjatuhkan air mata begitu mudahnya, dia menggeleng.
"Iya, Bu. Beliau meminta, Anda. Untuk datang menemui karena beliau katakan ingin pergi setelah melihat, Anda."
Wiyana menggeleng cepat tak suka akan ucapan yang anak buah Haidar katakan, ya. Walau ia hanya pelantara yang Haidar minta untuk hubungi Wiyana.
"Tidak, katakan padanya. Jangan bicara omong kosong, saya akan ke sana secepatnya. Tolong kirimkan alamat rumah sakitnya!" seru Wiyana menggebu gebu, dia tak bisa tenang.
Dia bergegas keluar dari dapur dengan wajah pucat, ingin menuju kamar untuk berkemas. Besok Wiyana akan mengambil penerbangan paling awal menuju Jakarta.
Melihat kegelisahan Wiyana, Allard dan Kaila yang masih duduk di ruang tengah mengerutkan kening secara kompak.