Kaila berkali kali melihat jam yang melingkar di pergelangannya, bahkan saat saat terkahir di rapat kali ini pun dia sungguh tak sabar untuk segera pulang.
Kaila bukannya tak sabar untuk istirahat, tapi. Ia lebih tak sabar untuk bertemu dengan Dimas.
Sampai beberapa menit ke depan akhirnya klien yang sudah berhasil digaet Kaila untuk kerja sama pamit karena mereka pikir hari ini sudah cukup.
"Ah, akhirnya."
Kaila bergegas bangkit, dia melihat jam ternyata sudah masuk pukul delapan malam.
Baru kakinya menjauh tiga langkah, suara asistennya lebih dulu menyela membuat Kaila berhenti detik itu juga.
"Ada apa?" tanyanya menyempatkan diri untuk menoleh, sebab dia sangat menghargai semua para pekerjanya.
"Maaf, Bu. Ibu belum makan dari tadi, apa tidak ingin makan lebih dulu?" tanya asisten itu sangat pengertian untuk mengingatkan Kaila makan, gadis itu sangat kebiasaan melewatkan waktu makan.