Setelah bicara dengan Ken, Haidar kembali ke ruangannya. Dia ikut kepikiran dengan masalah Ken, walau pun tadi ia tampak tenang, dan bersikap seolah olah tidak terpengaruh.
Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, ada kekecewaan yang membekas. Dan, Haidar bersyukur Ken bisa membagi masalah pada dirinya.
Tidak seperti Haidar yang kini tak akan bisa membagi beban hatinya itu pada siapa pun.
Di tengah hati yang gundah gulana, Haidar mendadak kedatangan tamu yang diduga duga.
Wiyana muncul dengan pakaian formalnya di ambang pintu, Haidar terdiam tak mampu berkata-kata lagi. Dia hanya takut dirinya salah lihat, atau Wiyana yang ada di depannya ini hanyalah halusinasinya saja.
Karena takut hal seperti itu terjadi, Haidar menepuk pipinya sendiri guna memastikan. Dan, sialnya. Itu terasa sakit, kini dia baru yakin. Jika, Wiyana memang benar benar berdiri nyata di kantornya.
Melihat kebodohan Haidar, dahi Wiyana berkerut. Tak mengerti apa yang tengah pria itu lakukan kini.