Wiyana kembali ke hotel tempat mereka menginap selama di Jakarta, dia melihat setiap jengkal hotel yang masih sama.
Lalu, Wiyana menoleh ke arah Kaila yang sedang melamun entah apa yang putrinya itu pikirkan.
Ah, sepertinya kini semua orang punya masalah, dan Wiyana semakin dilema. Bagaimana bisa dia menambahkan beban orang orang atas pilihannya nanti, dia benar benar harus memutar otak.
"Aku harus bisa pilih, antara putriku yang menyayangi papanya, atau sahabatku yang sekarat karena aku," batinnya menjerit.
Diam diam dia menarik napas panjang, lalu Wiyana hembuskan perlahan. Dia sudah memutuskan, Wiyana merogoh tasnya sebentar.
Setelah menemukan benda persegi panjang yang pipih itu, Wiyana menyodorkannya pada Kaila.
Jelas Kaila yang tengah melamun mengerutkan wajahnya, melihat ponsel Wiyana yang melayang di udara mengarah ke arahnya.
"Apa?" tanyanya dengan dua alis terangkat.
"Hubungi papamu, kita sudah lama tidak berkumpul bertiga, bukan?"