"Mari bicara," ajak Haidar masih setia dalam posisinya yang berlutut sebab Wiyana pun masih enggan untuk bangkit.
Dengan tingkahnya itu, tanpa sadar Wiyana sudah membuat putrinya takut.
Perlahan Wiyana menurunkan tangannya dari wajah, mata mereka langsung bertemu dan terkunci detik itu juga.
Seketika Wiyana teringat akan masa masa indah saat bersama pria yang dia cintai itu, rasa rindu dan ingin mengulang masa itu pun masih ada.
Tapi, sadar akan posisinya sekarang. Wiyana langsung menurunkan kembali pandangannya.
"Maaf, tapi. Saya rasa tidak ada yang harus kita bicarakan lagi," kilahnya tak ingin memandang wajah tampan di depannya.
Haidar tersenyum kecut mendengar itu, seperti ada sesuatu yang melukai perasaannya baru saja.