Setelah memutuskan segalanya dengan matang matang, Wiyana kembali masuk ke ruang rawat Allard.
Dia berdiri di ambang pintu tanpa suara dan tatapan yang kosong enggan mengarah pada Allard, sebab pria itu benar benar sudah membuat Wiyana kecewa.
Dirinya tidak bisa memaafkan Allard dengan mudah walau pria itu berjasa banyak dalam hidupnya.
Allard pun sama kecewanya dengan dirinya sendiri yang sebab dia membuat Wiyana yang tadinya ceria jadi murung seketika.
"Oke, gue setuju buat menikah sama lo. Tapi, gue nggak mau kita tinggal di Jakarta lagi," kata Wiyana mengajukan syarat.
Allard reflek langsung menegakkan tubuhnya, dia tidak menduga kalau Wiyana akan setuju untuk mengikuti kemauannya.
"Lo ... lo serius?" tanya Allard guna memastikan segalanya.
Dia hanya takut kalau ini hanya mimpi dan Wiyana semu, sangking tak percaya atas apa yang Wiyana katakan.
Allard sampai mencubit punggung tangannya sendiri.
"Sakit," gumamnya sudah yakin kalau dia tengah tidak bermimpi.