Napas ke duanya sudah tersengal segal, mereka berhasil lolos dari rumah sialan itu. Bahkan di kejauhan beberapa meter, suara tembakan masih bisa didengar dengan jelas.
Wiyana sendiri tidak bisa berhenti menoleh ke belakang, dia pikir jika melihat ke belakang akan ada Haidar yang menyusul di sana.
Namun, sayang sekali. Sudah berkali kali dia menoleh, Haidar masih tak kelihatan. Kini Wiyana kembali terbayang bagaimana Haidar ditembak tadi, pria itu bertahan sampai akhir untuk memastikan Wiyana tetap baik baik saja.
Langkahnya terhenti, tatapan gadis itu kosong. Secara otomatis Allard ikut berhenti, dahinya berkerut melihat Wiyana.
"Wiyana, ayo! Kapalnya di sana, kita harus sampai secepatnya!" kata Allard terputus putus sebab napasnya yang tak beraturan.
Mereka berdua sama sama lelah, ya. Jarak yang mereka tempuh dengan berlari sudah cukup jauh, namun. Tetap saja ke duanya tak bisa berhenti sekarang, sebelum sampai di belakang pulau.