Smirk itu menganggu pandangan Wiyana dan Haidar, mereka sontak berdiri melihat siapa yang datang.
"Bajingan, apa maumu. Ke sini?" geram Haidar.
Pria itu tiba tiba saja menarik Wiyana agar berdiri di belakangnya, entah apa yang Haidar pikirkan. Tapi, dia merasa seperti harus melindungi Wiyana dari pria di depannya itu.
Haidar jelas masih sangat ingat bagaimana pria itu menyakiti Wiyana, dan Haidar tidak akan biarkan hal yang sama terulang kembali.
"Kenapa menyambut saya seperti itu, Kak," tanyanya masih menyeringai membuat tangan Haidar gatal untuk melayangkan pukulan.
"Tutup mulutmu, saya bukan kakakmu. Katakan apa maumu?" ulang Haidar masih berusaha sabar walau rasanya tak semudah yang dibayangkan.
Alih alih menjawab pertanyaan itu pria yang tak lain dan tak bukan adalah Haru malah melihat ke arah belakang, dari sana muncul wanita paruh baya.
Lidia melemparkan senyum hangat pada putra kandungnya, tak perlu izin.