Begitu membuka mata Haidar dikagetkan dengan sebuah selimut yang sudah menutup tubuhnya entah sejak kapan.
Tak ingin terlalu memikirkan hal itu, Haidar duduk. Dia melihat ke kasur Wiyana, kosong! Gadis itu pergi.
"Ck, ke mana dia pagi pagi begini?" gerutu Haidar sembari bangkit, dia terkejut karena kakinya yang tak beralas apa apa menginjak dinginnya lantai marmer rumah sakit.
Haidar tak segaja melihat sepatunya yang terletak di samping tempat dia tidur semalam.
"Perasaan saya tidak melepaskannya," gumamnya merasa sangat heran dan tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi, begitu melihat di sampingnya Wiyana sudah tidak ada. Haidar jadi mulai paham pasti gadis itu yang melepaskan sepatunya dan memberikan dirinya selimut.
"Gadis ini tidak bisa sehari saja tetap diam di satu tempat, apa dia tidak tahu kalau kondisinya sangat buruk?" gerutu Haidar tak tertahankan, lagi pula Wiyana itu memang benar benar menguji kesabaran Haidar.