"Pria itu detektif sialan?" kata Haidar menerka nerka, setelah dia yakin Haidar mengangguk mantap.
"Ya, dia sahabatnya Wiyana."
Haidar kembali fokus melihat apa yang terjadi selanjutnya, dilihat dari ekspresinya Allard.
Pria itu terlihat marah, Allard mendekati orang orang di sudut kamera yang tak terekam.
Haidar sudah siap melihat kejadian selanjutnya, tapi sayangnya vidionyo sudah berakhir. Haidar refleks bangkit dari duduknya, dia mengotak atik ponselnya sekejap guna memastikan bahwa vidionyo hanya satu atau ada lebih.
Tapi, sial. Video yang dikirim hanya satu, dan Haidar tidak bisa menemukan jawaban dari penggalan rekaman itu.
Maka, dia menghubungi bodyguard yang mengirimkan rekaman CCTV tersebut.
Tak butuh waktu lama, panggilannya sudah tersambung.
"Kenapa rekamannya tidak lengkap? Di sana tidak terlihat kejadian selanjutnya," kata Haidar geram.
Giginya berlaga guna menahan emosi yang sudah sampai di ubun ubun.