"Apa masih butuh waktu lebih lama untuk berpikir?" tanya Haidar ogah ogahan.
Sepuluh menit berlalu mereka masih dengan posisi yang sama, Haidar sejak tadi sudah menunggu agar Wiyana menunjukkan lukanya yang ada di punggung.
Tapi, tampaknya gadis itu ragu.
"Tapi––"
"Baiklah, saya tidak akan lihat. Kamu arahkan saja nanti," kata Haidar mengalah.
Pria itu memejamkan matanya, kepalanya pun turut menoleh ke samping.
Wiyana melirik pria itu, sebenarnya bukan masalah besar untuk menunjukkan lukanya. Hanya saja ia sedikit malu, tapi Haidar sudah mengalah.
Jika, Wiyana tetap keras kepala maka Haidar pasti akan kesal.
"Oke," kata Wiyana setuju, pelan pelan dia membuka kancing bajunya.
Untungnya saat ini dia tengah menggunakan kemeja, Wiyana hanya menyisakan tank top berwarna hitamnya saja.
Sial, ini sangat memalukan sebenarnya.
"Baiklah, kita percepatan saja," seru gadis itu diangguki oleh Haidar yang masih setia memejamkan matanya.
"Sudah sedikit membukanya?"