Haru menurunkan kepalanya, saat melihat mobil Haidar melintasi mobilnya.
Matanya sedikit menyipit melihat saudara tirinya itu mengantarkan Wiyana pulang.
"Apakah mereka kembali baikan?" tanyanya pada diri sendiri.
Haru tahu Wiyana dan Haidar sempat tidak baik baik saja, karena malam di mana Wiyana dirawat di rumah sakit. Dia memantau saudara tirinya sampai Haidar pergi saat sahabat sahabat Wiyana datang.
Masih di tempatnya, Haru tak henti memperhatikan dua orang itu, tampak Haidar turun dan membantu Wiyana duduk di kursi roda gadis itu.
"Hati hati, ya. Hai––"
"Bukan begitu," sela Haidar datar.
Wiyana mencabik, dia merotasikan matanya ke atas. Berusaha berpikir sebenarnya seperti apa yang benar?
"Lalu?"
"Pak, panggil saya seperti dulu. Jangan menyebut nama saya seenak jidat kamu saja," kata Haidar terang terangan tidak suka akan Wiyana yang sekarang.
Wiyana tersenyum kecil, kepalanya tertunduk menyembunyikan senyumnya itu. Ah, Haidar sangat manis pikir Wiyana.