Malam menjelang, ke dua mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah bertingkat dua dengan dinding bercat putih gading.
Mata Wiyana berkaca kaca melihat kembali tempat yang sudah belasan tahun ia tinggalkan.
Ken turun lebih dulu begitu melihat papanya juga sudah berdiri di depan rumah, Wiyana turun dibantu oleh sopir yang membawa mereka.
Setelah semua barang diturunkan, Haidar melirik Wiyana dan Ken.
Pria itu menarik napas panjang, setelahnya dia mengetuk pintu dengan pelan.
Tak perlu waktu lama, pintu sudah dibuka lebar oleh sang mama.
Wanita yang sudah memasuki kepala lima itu terharu melihat putranya datang tanpa perlu dipaksa terlebih dahulu, tangannya yang rentan terangkat memeluk Haidar dengan sangat erat.
"Mama, kaget kamu, Nak...." ungkapnya dengan suara yang bergetar.
Haidar balas pelukan itu dengan mengusap punggung sang mama, mereka hanyut dalam rasa rindu yang memuncak.
Begitu pelukan dilepaskan, mama Haidar baru sadar kalau di sana juga ada cucunya.
