Bila benar apa yang dipikirkannya, Sandro sudah sangat pasrah. Apa pun yang ditakdirkan Tuhan untuk anak lelakinya, dia sudah bisa berlapang dada menerima semua keputusan.
Begitu sampai di ruangan dokter, perawat pun mempersilahkannya masuk. Seperti biasa, dokter yang membantu persalinan Aila, sudah duduk menunggu di belakang meja kerjanya.
Sandro pun sudah tahu pula dimana dia mesti memposisikan diri. "Pak Sandro dari mana?" Lagi-lagi pertanyaan yang sama didengarnya dari orang yang berbeda.
"Setelah mengantar keluarga yang datang membezoek istri saya ke lobi, saya menyempatkan diri minum secangkir capuccino di kafe, Dok."
"Pak Sandro tahu kan, semua yang terjadi di dunia ini, adalah takdir yang sudah Allah atur untuk kita umatNya?"
"Apa yang terjadi dengan putra saya, Dokter?" Sandro segera memotong mukadimah Dokter itu dengan pertanyaan langsung. Ia sudah bosan dengan basa basi.