"Bagaimana kabarmu, nak?" tanyanya dengan lembut.
"Aku baik, Pa." Aira menjawab pertanyaan itu dengan sopan.
"Papa senang melihatmu sehat, begitu juga dengan bayimu."
"Terima kasih, Pa."
"Kamu tahu apa yang paling membahagiakanku?"
"Apa, Pa?"
"Kesembuhanmu, Nak. Aku terlalu tua untuk bisa melindungimu. Hanya kamu yang bisa melakukannya untuk dirimu sendiri."
"Jadilah wanita yang kuat dan Ibu yang hebat untuk bayimu. Jangan sakit lagi, ya!"
Aira terharu mendengar nasehat dan harapan Brian kepadanya.
"Ada yang perlu kamu ketahui Aira." Kali ini wajah Brian terlihat lebih serius.
"Apa itu, Pa."
"Sama sepertimu, Beberapa hari yang lalu Aila juga melahirkan anaknya di rumah sakit."
"Bagaimana kondisi mereka berdua? Apakah baik-baik saja."
"Bayi mereka mengalami cacat karena terpapar pestisida berat, akibat dari percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan Aila."
"Apa?" Aira menggigil mendengar apa yang baru saja dikatakan Brian.