Nilam melambaikan tangan saat mobil yang membawa Jake dan Sartika mulai bergerak meninggalkan halaman rumah.
Begitu keluar dari pagar, mobil itu bergerak dengan lebih kencang dan semakin kencang, lalu hilang di ujung jangkauan pandangan gadis itu.
Nilam menutup pintu pagar, sebelum masuk ke dalam rumah diraihnya dua buah ember berukuran sedang.
Ditaruhnya ember-ember itu di bawah cucuran atap. Tampungan air itu nanti bisa digunakannya untuk menyiram bunga.
***
Jalan yang berliku diselingi dengan pendakian dan penurunan, begitu selalu yang dilewati mobil mereka hingga akhirnya memasuki kota Solok.
Pusat kota terlihat sepi, tak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Mungkin karena hujan yang masih saja mengguyur dengan cukup deras.
Jake melirik ke bangku belakang, ternyata Ibunya masih terjaga. "Apakah Ibu mau pindah ke bangku depan?" tanyanya.
"Aku tidak berani, kamu tidak mengantuk kan?" Sartika mengkhawatirkan anak lelakinya.