"Aku tidak tahu apa yang pernah terjadi antara kalian berdua. Tapi apa pun itu, please...!
"Bila sampai menghancurkan kehidupan Aila...! Percayalah, aku orang pertama yang tak akan tinggal diam."
Aira membeku di tempatnya. Jangankan membela diri, untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya saja, wanita itu sama sekali tak memiliki kemampuan.
Paru-paru Aira bagai kehilangan ruang untuk mempompa udara. Seperti daun kering yang ditiup angin, tubuhnya pun melayang dan rubuh begitu saja di atas ubin yang basah.
Mikaila yang tak sengaja melihat kejadian itu segera berlari mendekat. Hatinya tercekat saat mendapati peri kecilnya tergeletak kehilangan daya.
Ingin rasanya Mikaila menangis sambil mendekap tubuh ringkihnya itu. Walau pun Mikaila sama sekali tak pernah mengenal siapa Aira sebenarnya. Namun hati kecil Mikaila merasa terpanggil untuk segera menyelamatkannya.