Brian tercenung melihat istrinya sesugukkan. Dadanya gemuruh dengan perang batin yang hebat.
Sebanyak apa rahasia Hana yang tak diketahuinya? Kenapa Diana merahasiakan semua itu dari dirinya.
"Aku tak habis fikir, Ma." Suara Brian yang bernada mendakwa, makin membuat Diana merasa terpojok.
"Apakah artinya kamu juga ingin menyalahkan aku?" tanyanya.
"Aku cuma ingin kamu berterus terang. Selama ini kita sama-sama tahu kan bagaimana kerasnya Sandro memegang prisip hidupnya."
"Apa menurutmu Aira demikian hina, sehingga tak boleh mendampingi anak lelaki kita, Pa?"
"Bukan begitu Ma. Mama harus mengerti juga dengan maunya Sandro. Aku saja bila diperlakukan begitu, mungkin juga akan bersikap sama dengan Sandro."
"Jadi Papa membela anak itu?"
"Bukan membela, tapi paham dengan sikap yang diambilnya."
Diana, menghapus airmata yang masih berderai di pipinya. Rasa sedih dan kesal yang dia rasakan kini malah berubah jadi amarah.