Kali ini, Ibnu benar-benar tersudut. Ia diminta menjaga Jamila, oleh ibu gadis itu. Sementara antara dia dan Jamila sendiri belum yakin betul dengan perasaan mereka masing-masing.
Aduh ...! Bagaimana ini ...? Batin Ibnu gelisah.
Beberapa kali berjalan bersama, yang dirasakan oleh lelaki muda itu hanyalah euforia mendapat teman baru saja.
Bepergian dengan Jamila memang sangat menyenangkan. Gadis itu selalu berpenampilan rapi dan bersih.
Sebagai lelaki tentu Ibnu jadi merasa dihargai. Bukankah penampilan yang memesona adalah bukti kalau Jamila berdandan khusus untuk dirinya.
Namun, kekaguman akan kecantikan dan budi pekerti tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur suka karena cinta.
Lihat saja cerita Cinderella, sang pangeran tidak jatuh cinta kepada kedua saudara tiri si gadis yang jelas-jelas selalu berdandan cantik dan wangi.
Pangeran justru menjatuhkan pilihannya kepada upik abu, yang jelas-jelas berpenampilan kumuh dan lusuh.