Aira tumbuh menjadi gadis yang cantik, seksi dan pintar. Suaranya yang merdu telah membuat gadis itu lekas menjadi terkenal.
Beberapa even kejuaran lomba menyanyi berhasil dijuarainya. Bagai roket, Aira melesat dengan cepat menduduki tempat dimana seharusnya dia berada.
Amira ciut melihat perkembangan itu. Di satu sisi dia merasa bangga dan bahagia. Di sisi lain ada ketakutan yang senantiasa selalu merongrong hatinya.
Bagi Valeria, Aira itu adalah ponakan kebanggaan. Selalu saja gadis itu yang dijadikannya buah bibir setiap kali bercerita dengan keluarga, kenalan, mitra kerja suaminya, atau hanya sekedar tukang sayur yang kebetulan menanyakan soal Aira kepadanya.
Begitu juga dengan Hans, setelah mereka gagal mengikuti program bayi tabung dan segala macam inseminasi yang mereka lakukan, Aira menjadi satu-satunya tempat dia mencurahkan perhatian dan kasih sayang.