Saheera berjalan cepat, berlari-lari kecil kemudian, menyusul Iqbaal yang tak kalah cepatnya berjalan menuju kamarnya di lantai dua asrama putra. Perkumpulan di lapangan basket itu baru saja berakhir, atau tepatnya ... diakhiri sendiri oleh Iqbaal yang benar benar merasa terpojokkan. Saheera memanggilnya sejak tadi, namun tak sedikitpun dijawab. Menoleh pun tidak.
"Bang Iqbaal ..."
Iqbaal berhenti di tengah-tengah tangga akhirnya, begitu Saheera menarik sedikit ujung kemeja lengan pendeknya.
Sudah, begitu saja. Tak ada Iqbaal berbalik dan bertanya ramah pada Saheera seperti biasanya.
"Kapan ... Kita mau bicara? Kamu gak mungkin mau diem aja kan?" tanyanya hati hati.
Iqbaal menelan salivanya sendiri. Bingung, karena jujur saja, Ia terlalu malu saat ini, pun entah sampai kapan.
"Bang Iqbaal ..."