Kedua sekretaris itu baru saja menghilang dari kepanikan dan berubah menjadi keterkejutan.
Mereka dengar presiden punya anak laki-laki, tapi kapan anak perempuan muncul lagi? Siapa Kirana di telepon presiden? Apakah Direktur Kirana?
Kedua sekretaris itu saling memandang, dengan mata penuh pertanyaan, tetapi tidak ada yang berani menebak di dalam hati mereka. Saat berikutnya mereka segera menelpon untuk mengatur masalah ini sesuai dengan instruksi presiden.
Irfan Wiguna membiarkan kedua anak itu duduk di sofa dan duduk di samping mereka.
"Mari kita bicarakan, bagaimana kalian bisa sampai di sini?"
Irfan Wiguna memiliki sedikit keseriusan, tetapi dia tidak terlalu dingin, takut anak itu takut.
"Ayah jangan memarahi Bella. Aku membawa adikku naik taksi."
Bima sangat bertanggung jawab atas kesalahannya, mengambil semua tanggung jawab pada dirinya sendiri.