Irfan Wiguna terkejut pada awalnya, tetapi Jelita sangat pintar, dan dia mengetahuinya pada hari pertama laporan.
"Benar."
Dia tidak menyangkalnya.
"Kakak, terima kasih telah mengatur tutor yang baik untukku. Aku menerimanya. Tapi aku tidak ingin sekolah dan tutor merawatku secara khusus di bawah pengaruhmu, sehingga aku tidak akan bisa berteman."
Jelita berkata dengan terus terang bahwa dia benar-benar membutuhkan guru yang baik untuk menyelesaikan studinya, jadi dia dengan mudah menerimanya.
"Yah, itu sangat mirip dengan kepribadian kakakmu. Jika aku menelepon besok, itu tidak akan mempengaruhi pertemananmu."
Irfan Wiguna tidak bisa berhenti memikirkan Kirana Larasati.
Hari-hari ketika dia tidak melihat Kirana Larasati selama periode waktu ini adalah hari-hari tersulit dalam hidupnya. Dia berpikir bahwa dia akan acuh tak acuh jika dia tidak bertemu satu sama lain untuk waktu yang lama. Siapa tahu dia tidak bisa lupa tapi merindukannya lebih dalam.