"Pergi ke rumah sakit, kamu benar-benar bisa membakar dirimu sendiri dengan bodoh seperti ini."
Irfan mulai membujuk.
"Aku tidak perlu pergi ke rumah sakit jika aku sudah bodoh, tidur saja seperti ini, aku akan baik-baik saja jika aku berkeringat dengan lengan melingkar."
Kirana menjawab dengan suara kecil, tetapi tidak bisa menyembunyikan kesedihan.
-----
Irfan tidak punya pilihan selain mengencangkan lengannya, berusaha menjaga tubuhnya tetap dekat dengan Kirana, memberinya panas yang dia butuhkan.
Kirana bangun keesokan paginya dan menemukan bahwa sarapan sudah siap.
"Kamu melakukannya?"
Kirana bertanya pada Irfan yang sedang berjalan dari dapur.
"Jika bukan aku lalu siapa lagi."
Jawaban Irfan agak dingin.
"Terima kasih! Aku tidak menyangka bisa makan sarapan yang kamu siapkan."
Kirana melihat sarapan di meja. Meski penampilannya tidak bagus, dia bersemangat.