Rana duduk di tepi ranjang dan masih memperhatikan Zayn, "Tapi Zayn, mengapa kamu percaya begitu saja kepada si pemberi pesan?"
"Karena orang itu tahu tentang jadwal kunjunganku ke tempat itu. Lagipula tidak ada salahnya mempercayai dia meski mungkin faktanya kecil, ya sebagai antisaipasi saja. Bantalan rel itu tidak mengenaiku, benda itu jatuh tepat disampingku. Pekerja operator itu adalah anak buahku," jelas Zayn.
"Tetap saja itu sangat berbahaya. Bagaimana jika anak buahmu salah perhitungan, kau pasti sekarat atau bahkan tinggal nama saat ini," ucap Rana.
"Orang-orangku sangat ahli dan terlatih."
"Lalu apa kamu tahu apa lagi yang direncanakan Julia pada kita?" tanya Sarita.
"Entahlah!" jawab Zayn dengan mengangkat kedua bahunya.
Julia tiba di rumahnya dengan wajah ceria, pulang dari tempat judi itu dia untung besar. Sehingga perhiasan yang digunakannya sebagai barang taruhan masih menjadi miliknya.
"Bahagia sekali," cetus Adrian ketika Julia datang sambil bersenandung.