Bab 88.
*Selamat dari musibah*
Kebetulan kali ini Yogi, teman dekatnya Sinta duduk di jok depan menemani Bang Ben yang sedang menyetir mobil. Sedangkan Kak Eli, aku dan Sinta duduk di jok mobil bagian tengah, Raka dan Nina duduk di belakang. Lumayan bisa selonjoran kaki karena lapang, pikirku.
"Kamu bisa nyetir juga, Yog?" tanya Bang Ben.
"Bisa sih Om, tapi di jalan lurus aja, sama seperti Uwak Eli! Kalau di jalan arah ke puncak ini belum berani," jelasnya.
"Kalau begitu bisa belajar nyetir dengan Om aja! Di jamin cepat mahir," ajak Bang Ben menawarkan diri.
"Oh, boleh, tapi gak sekarang, Om! Hee ... hee." Yogi menolak secara halus.
"Gak usah takut, gampang kok tekniknya! Om aja kalau nyetir gak bisa pelan, karena takut ngantuk. Kalau rada kencangan dikit baru semangat, yang penting bisa mengontrol gas dan rem mobilnya."
"Halahh ... sok bawa mobil kencang, seperti punya nyawa serap aja!" cecarku.
"Aku belum mau is daid, jangan macam-macam, kamu Ben!" protes Kak Eli.