Bab 257.
Tiga bulan kemudian ...
Pagi ini seperti biasa, setelah membeli sarapan di warung Bu Sri, aku dan anak-anak makan bersama. Belakangan ini aku udah jarang membuat sarapan. Sepertinya lebih hemat membeli aja. Bisa di atur porsi makanan dan uang pengeluarannya.
Bang Ben baru aja selesai mandi, ia sudah berpakaian rapi. Teh hangat sudah tersedia di atas meja dapur. Ia menyalakan sebatang rokok lalu mengisapnya. Asap rokok menyeruak ke seluruh ruangan dapur. Aku yang lagi sarapan langsung mengibaskan asap itu memakai serbet.
"Kamu ini pagi-pagi udah nyebarin virus!" cecarku sambil berpindah ke ruang tivi.
"Hilihh ... tinggal hirup aja apa susahnya sih!" ejeknya sambil tertawa.
Aku malas meladeninya, gak kan merubah kebiasaannya juga. Ia sering nyalakan kipas angin kalau aku sudah terbatuk gegara menghirup asap rokok tersebut. Tapi gak ngaruh juga, tetap aja aku terkena penyakit sinus di hidung karena bertahun menghirup asap rokoknya.