Chereads / Impian Seorang Anak Petani / Chapter 17 - Kelulusan

Chapter 17 - Kelulusan

Pernah dulu ber andai-andai gimana rasanya pakek Jas kuliah, dan rasanya menjadi maha Siswa itu seperti apa.? pernah terbisik di benak ku di waktu SMA dulu, namun menginjakan kaki kuliah rasanya tidaklah mungkin.

Begitu lah pikiran ku hanyut, namun setelah memberanikan diri bisa merasakan apa yang di impikan bahkan sampai saat ini saya lulus kuliah, maka bermimpi lah setinggi langit dan luaskan pikiran seluas samudra, jadikanlah terumbu karang itu sebagai penguatnya bukan kelemahan, terkadang butuh luka agar tau bagaimana menyudahi hal yang sia-sia jadikanlah tancapan luka itu adalah penguat diri, bukan kelemahan.

Dan jika seseorang meremihkan kita maka jangan berkecil hati atas remihan itu, engkau tercipta menjadi manusia luar biasa, maka jangan tunjukan bahwa engkau lemah berkaca lah dan katakan kepada dirimu sendiri bahwa engkau mampu dan kamu di ciptakan luar biasa, mutivasi ini yang tertulis di buku harian ku, seolah-olah berbicara ke pada orang lain dan me mutivasi orang lain padahal ini semua saya  praktekkan ke diri saya sendiri, iya diri yang lemah ini terjatuh berkali-kali dan bangkit beribu-ribu kali melewati hal yang berbeda bukan jalan yang sama.

ketika waktu sudah mendekati wisuda ku, saya yang ingin tampil berbeda di hari spesial ku, saya ingat kalo saya punya celengan tabungan selama ini yang saya simpan bertahun tahun lamanya perlahan saya buka celengan itu bismillah, ternyata setalah di buka ada satu jutaan walaupun ke banyakan uang recehan. itu saya gunakan mulai dari yang saya butuhkan saya utamakan orang tua saya  duluan untuk membeli baju mama dan papa kerena impian saya  ber foto sama mama dan papa saat saya wisuda, sisa uang nya saya gunakan buat ke butuhan saya  kerena saya orangnya tidak mau sama sekali membebankan orang tua saya.

dari jauh-jauh hari saya siap kan dan di pikir kan dengan matang, buat acara wisuda, mama mengetok pintu kamar ku,"Anisa boleh Mama masuk?" pinta mama "Iya Ma masuk saja" saya persilahkan mama masuk dan mama terkejut melihat saya hitung uang lumayan banyak kerena banyak uang recehannya.

"Loh ini buat uang apa Nis, kenapa tabungan mu di pecahkan padahal itu tabungan sejak kamu jualan sendiri dari kamu ngambil jualan orang untuk kamu jual ulang" Ujar mama

"Maafin Anisa Ma, soalnya Anisa tidak punya pilihan lain selain pecahin celengan ini, cuma celengan ini yang bisa mencukupi kebutuhan Anisa Ma"

"Ya Allah Nak, Mama sama Papa mu sudah meren canakan kalo tanah untuk sementara saya gadaikan sehingga kita tidak perlu hutang ke tetangga, masalah tabungan mu itu hasil jerih payah mu sendiri untuk masa depan mu"

Kulihat Mama begitu sedih melihat celengan ku di pecahin, dan saya menghibur Mama agar mama tidak sedih.

" Ma, biarkan saja ma ini kan Anisa udah pecahin celengan Anisa agar Mama tidak perlu mengadaikan tanah yang ada, Anisa tidak apa-apa Ma,dan Anisa tidak sedih. lihat Ma, Anisa. Anisa masih muda masih bisa cari uang sendri Mama tidak usah memikirkan masa depan Anisa." saya yang mencoba meyakini mama agar tidak sedih

" Maaf ya Anisa, Mama yang tidak bisa memberikan Mu ke bagian dari kecil. bukan tidak ingin melihat Anak-anak Mama bahagia tapi Mama cuma tani Nak, dan itupun hasilnya cuma cukup di  makan saja. saya salut kamu bisa seman diri ini Nis " mama yang seolah-olah merasa gagal sebagai  orang tua. kerena tidak bisa memenuhi ke butuhkan anak,

" Ma seperti apapun kondisi kita tidak boleh mamaksakan di luar ke mampuan kita ma, selama Anisa masih bisa kerja Anisa akan tetap  berjuang" Ujar ku ke mama

Ber sambung.....