Bab 394
"Bu, Ambar sebagai adik iparku, harusnya tahu diri dong! Jangan numpang hidup terus dengan kakaknya. Keenakan suaminya dong! Jadi malas kerjakan? Numpang hidupku kok bangga!" balasku. Ambar terlihat mendelik.
"Ngeselin banget, sih, kamu Mbak! Lihat saja akan aku adukan ke Mas Rizal, biar kamu di tendang!" ancam Ambar. Aku mengulas senyum tipis kearahnya.
"Adukan saja! Aku nggak takut!' ucapku santai. Aku lihat matanya semakin mendelik. Aku justru memainkan ekspresi yang tanpa merasa bersalah.
"Emm, aku pergi dulu, ya! Kasihan ATM berjalan kalian, kalau menungguku lama! Bay bay!" ucapku lagi, yang tanpa menunggu tanggapan mereka, aku segera melenggang dengan gaya kemayuku. Karena kalau aku terlihat bahagia, pasti mereka panas dalam dan panas hati. Juga panas pikir. Ha ha ha ha.
"Pergi sana! Awas saja kalau balik nggak bawa makanan untuk orang satu rumah!" sungut Ambar.
Astagfirullah memang tak punya malu perempuan itu. Mungkin urat malunya sudah dia gadaikan.
