"Eum, Papa, Mama, semuanya silahkan masuk dulu," Mas Rizal menghampiri keluargaku dengan langkah tergesa. Saat hendak meraih tangan Mama untuk disalimnya, tangan Mas Rizal ditepis kasar oleh Mama.
Mama, aku sangat mengenalnya, wanita yang memiliki sisi paling hangat itu, jika sudah marah jangan ditanya garangnya. Beda dengan Papa yang lebih bijaksana.
"Siapa yang pembantu?" ulang Mama terdengar ketus.
"Ma, ini cuma kesalahpahaman ..."
Bab 380
Tanpa peduli dengan Mas Rizal, Mama menyelonong masuk begitu saja dengan angkuhnya. Lalu diikuti oleh yang lainnya.
"Doni, tolong bawakan koper adikmu ke mobil."
Tanpa menjawab, Kak Doni mengambil koper dari tanganku dan membawanya keluar.
"Ma, Papa, Om Wahyu, Kak Namira silahkan duduk dulu, kita bisa bicara baik-baik," ucap Mas Rizal mempersilahkan mereka untuk duduk.