bab 367
"Masalah itu. Kamu bisa menjelaskannya nanti di pengadilan, Mas. Dan asal kamu tahu, rumah ini atas namaku, dulu kamu sendiri yang memberikannya, katamu sebagai kado pernikahan."
Sekilas aku melirik Ibu dan Ambar, mereka tampak terkejut. Raut wajahnya lebih parah dari Mas Rizal.
"Kalau kamu ingin mendapatkan rumah ini secara utuh, maka jangan coba-coba memperebut Gilang. Sekalipun nanti Gilang tinggal bersamaku, aku tidak akan melarangnya bertemu dengan ayah kandungnya, dengan syarat harus dalam pengawasanku. Bagaimana, rumah atau Gilang?"
Mas Rizal menatapku tajam.
"Sudahlah, Zal. Toh kalian sudah bercerai, biarkan saja dia pergi dan membawa Gilang. Nanti biar Ibu carikan kamu wanita cantik, berkelas, dan punya sopan santun, bukan yang model-model begitu. Heuh."
"Iya, Mas. Lagian pembantu ngapain diributin ...."
"Siapa yang kamu sebut pembantu?"