"Iya baik sekali sampai-sampai gampang dibohongi," sahutku pelan namun kedua insan itu tidak mendengarkannya.
"Mas, aku ingin mengatakan sesuatu." Aku membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembar ATM yang aku ambil dari dompet mas Rizal.
"Mulai sekarang, ATM, perusahaan, dan mobil aku yang pegang. Kau di rumah saja, biar aku yang mengatur segalanya."
Mas Rizal tampak terkesiap ketika akau mengucapkan itu, seolah tidak ikhlas dan tidak ingin jika seluruh kartu card aku yang bawa. Padahal aku sedang berusaha menyelamatkan keuangan keluarga yang terancam merosot bahkan hancur.
Bab 262
Pove Rizal
Awal pernikahan kami begitu mesra, setiap hari ingin rasanya selalu berdua dengannya. Nana bahkan mampu memuaskanku di atas ranjang. Dia seorang wanita yang benar-benar luar biasa. Karena kepuasan yang kudapat, tak jarang aku memberinya semua uang yang kudapat dari hasil bekerjaku.