Bab 295
"Kita harus menunggu Ustad Imam juga Ustad Faruk untuk mengatasi yang di dalam. Kita gak bisa mengatasinya hanya berdua," kata teman bang Iwan.
"Bapak, sudah baikan?" tanya bang Iwan. Saat melihat Bapak bangkit, membenahi posisi duduknya.
"Ron, bawa Dewi jauh dari sini," kata Bapak. Membuatku semakin takut, apa maksud Bapak?
"Pak … ceritakan apa yang terjadi. Biar kami bisa menolong Ibu," kata Iwan.
"Dia … datang lagi." Bapak berkata lirih dengan pandangan nanar.
"Siapa Pak?" tanya mas Roni.
"Mas, berangkat kerja ya." Mas Bayu berpamitan. Aku tetap mencium tangannya. Dia mencium pucuk kepalaku lembut. Hhhh, sangat romantis bukan?
"Iya, Mas. Hati-hati," ucapku.
Sepeninggalnya, aku membantu Mama membereskan meja makan, membawa piring-piring kotor ke dapur dan mencucinya. Asisten rumah tangga di rumah ini ada dua orang. Tapi, tak mungkin aku hanya berpangku tangan, apalagi yang harus kulakukan.