Bab 208
"Jangan pernah berpikir untuk pergi atau selamanya tidak ada maaf dan ridaku untukmu."
Ucapan Mas Gaga membuat mata yang memejam ini langsung terbuka. Dia sudah ada di ambang pintu kamarku. Dia menghadap ke luar sehingga terlihat punggung yang sangat kurindukan itu.
Kepala ini pun mendongak, memuaskan diri untuk menikmati pemandangan yang sangat jarang bisa kutemui. Dia suamiku, tapi seperti orang asing.
Setelah beberapa saat dia mematung, langkahnya berderap menjauh. Pintu kamar yang masih terbuka itu membuatku ingin sekali menyusul Mas Gaga dan memeluknya. Namun, hal itu tidaklah mungkin bisa terlaksana.