Bab 203
Sesampainya di rumah, aku segera mencari gawaiku. Rasa penasaran untuk membuka peringatan apa, sih, yang dikirim bu Yun di grup arisan komplek.
Ternyata sudah ada delapan puluh chat yang masuk di sana.
Astaghfirulloh … ternyata benar, dari tadi yang disindir bu Yuli adalah aku.
Ya … Allah! Pekikku dalam hati.
Harus bagaimana ini?
*****
"Erika, kamu bisa masak nggak, sih? Makanan, kok, rasanya pahit seperti ini!" ujar Ibu. Padahal, makanan Ibu sama dengan apa yang kami makan. Tidak pahit. Memang seperti itu sikap Ibu bila tahu itu masakan istriku.
"Ya sudah, nggak usah di makan, Bu. Mau makan pake apa, Bu? Nanti beli saja," kata ku pada Ibu. Dia selalu sabar menghadapi Ibu. Aku yakin dia berusaha keras menguatkan hatinya.
"Terserah yang penting bukan masakanmu!" teriak Ibu.
Ibu tinggal bersama kami Hanya saja aku lah yang sangat sabar mengurusi Ibu. Para kakak ipar sudah angkat tangan.
