Bab 151
Jarum jam sudah menunjukkan angka sepuluh, tapi aku masih belum bisa tidur, bahkan aku tidak merasakan kantuk sedikit pun. Aku disergap rasa takut berlebih, tentang -- kehilangan yang andainya terjadi -- berarti itu untuk ke sekian kali.
Malam itu aku diam-diam mengendap ke kamar utama, membuka pintu sepelan mungkin. Tapi tetap saja, pendengaran sangat tajam.
"James? Apa itu kamu?" tanyanya.
mama Adriana juga belum tidur saat itu, masih duduk termangu di atas tempat tidur dengan kedua kaki ditekuk dalam dekapan kedua tangannya.
"Ya," kataku. "Kenapa kamu belum tidur?"
Aku duduk di sisinya, merangkulkan tanganku ke pundaknya dan menyandarkan kepalanya ke dadaku.
"Belum mengantuk," sahutnya. "Kamu?"
"Sama. Rasanya aku tidak bisa tidur."
"Karena memikirkan kepulanganku besok?"