Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Garaga

🇮🇩Aku_Hildaa_
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.4k
Views
Synopsis
Garaga, pria dingin dengan sejuta rahasia nya ini terkenal dengan kebengisan nya dan kekejaman nya. Ketua dari salah satu genk motor terkenal dan terbesar di wilayah ibukota Xavior. " Hati-hati di jalan. Jangan sampai lo mati haram buat lo mati sebelum gw gebukin "

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - GARAGA;1

Bugh~

" Gar kabur ada polisi " teriak nya dengan nafas yang tak teratur

Garaga langsung membanting tubuh lawan nya yang sudah tak berdaya ke tanah sambil menyeringai,

Dan berlari mengikuti yang lain menggunakan motor sambil menyisir rambutnya ke belakang.

" Wohooo "

Salah satu temen nya mengangkat bendera yang bertuliskan Xavior dengan warna dasar hitam pekat di sertai gambar tengkorak

" Langsung ke basecamp " suruh Garaga dan melaju dengan cepat tak peduli suara motor nya yang bisa mengganggu.

Sesampainya di basecamp mereka langsung bersorak kegirangan tapi tidak dengan Garaga yang langsung duduk dengan diam

" Bos gimana selanjutnya? "

" Kita harus incer si bajingan, gak perlu lama-lama ingat jangan sampai dia lolos seperti yang sebelum-sebelumnya "

" Dan besok untuk Genta, Rivano, Juan, dan Gino ikut gw ke pemakaman ayah Bades minta anak-anak buat patungan untuk ibu sama adek-adek nya Bades "

" Gw minta tolong Juan untuk bagi anak-anak, setengah untuk ngawal ambulans setengah nya lagi harus udah standby di pemakaman "

Lalu pergi menuju kamar yang berada di lantai dua memang sengaja dia sediakan di basecamp.

" WOY GARA MINTA KITA PATUNGAN UNTUK ISTRI SAMA ANAK NYA BADES "

Sesampainya di kamar Gara membuka handphone nya hanya diam menatap wallpaper sambil tersenyum kecil

Mayla Giri, satu-satunya perempuan yang bisa menaklukkan nya.

Siapa yang tak kenal Garaga Cassano anak dari mafia Itali Arkana Cassano dan istri nya Thalia Cassano.

Di Indonesia tidak ada yang tau status keluarga nya karena kedua orang tua nya sudah berpindah kewarganegaraan menjadi Itali, hanya orang-orang terdekat saja yang tau selebihnya mereka hanya tau Garaga anak berandalan.

Drt~

Drt~

Drt~

Baru saja dia memikirkan nya, Mayla sang pacar sudah menelfon nya

' halo ' sapanya dengan suara serak di sertai dengan senyum kecil saat melihat wajah mungil di layar handphone nya

' Gara abis berantem lagi? Ish kan udah aku bilang gak boleh kok nakal sih? Pokok nya nanti Gara harus nginep di rumah itu hukuman nya ' setelah nya Mayla langsung mematikan sambungan Vidio call nya sepihak

Garaga tersenyum lalu mengambil jaket nya yang tadi sempat di buka berjalan ke bawah untuk pamit pulang lebih dulu.

" Gen nanti bilang sama yang lain besok ketemu langsung di rumah langsung ke lokasi yang udah di tentuin " Genta mengangguk dengan mulut yang mengeluarkan kepulan asap tebal

" Lo mau balik? "

" Iya, nginep di rumah Mayla kalo gitu gw duluan " Genta kembali mengangguk sambil tersenyum membayangkan seberapa bucin nya Garaga dengan Mayla

***

Sesampainya di rumah Mayla, Garaga langsung masuk karena biasa nya jam segini semua penghuni rumah sudah tidur  hanya gadis kecil nya saja ini yang sedang nakal.

Kreat~

Pintu terbuka Gara melihat gadis kecil nya tidur di kelilingi oleh banyak boneka, entah apa fungsi boneka itu tapi setiap di tanya selalu jawaban nya

" Ini tuh benteng pertahanan, supaya gak ada setan yang deket-deket " ya... Kira-kira begitulah jawaban nya

Gara melepas jaket, celana Levis serta kaos yang dia pakai. Setelah merasa nyaman dengan hanya dengan memakai boxer nya

Gara menaiki kasur dan merebahkan diri nya di samping Mayla tak lupa tangan nya yang sudah melingkar di pinggang Mayla.

" Iiihhh... " Teriak nya dengan panik, Mayla langsung terbangun saat merasakan ada tangan yang melingkar di pinggang nya

Garaga yang ikut yang kaget ikut mendudukkan dirinya sambil menyalakan lampu tidur yang ada di samping nya.

" Kenapa? "

" Gara mah~ aku kan kaget " mengerucutkan bibirnya sebal

" Emang aku ngapain? "

" Itu tangan nya tiba-tiba ada di pinggang aku, aku kira tadi tangan nya mba Kunti "

" Iihh Gara mukanya jelek " menangkap kedua pipi Gara, Mayla berjalan ke arah meja belajar untuk mengambil kotak obat

" Kenapa sih Gara suka banget berantem? " Menempelkan kapas yang sudah berubah warna menjadi merah

" Kan pasti kalo kaya gini semua badan Gara jadi sakit sama pegal-pegal semua, emang Gara mau di panggilin tukang urut yang biasa nya? "

" Enggakan, pasti nanti Gara nangis karena sakit kaya aku pas lagi di urut kaki nya karena keseleo " lanjut nya

Gara hanya diam mendengarkan, sesekali meringis karena Mayla yang menekan kapas nya terlalu kencang.

" Sshh... Pelan-pelan dong sayang " mengusap pipi Vani Mayla Mayla yang sedang serius mengobati wajah nya serta mengomeli nya.

" Udah ya, sekarang kita tidur udah jam 3 " menarik tangan Mayla agar tidur di samping nya

" Besok aku, Rivano, Genta, Juan sama Gio mau ke rumah Bades " kata nya sambil mengusap kepala Mayla yang bersembunyi di dada nya

" Mau apa? Berantem lagi? " Mendongakkan kepalanya menatap Gara dengan wajah garang bukan nya takut Gara malah terkekeh

" Ayah nya Bades meninggal karena di serang anak Touman, mau ikut? "

" Iya ikut "

***

" Assalamualaikum "

Semua pandangan tertuju pada keenam remaja berpakaian hitam yang berdiri di ambang pintu

" Bang " sapa Bades " masuk bang, maaf sempit " mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tamu sempit itu

" Santai " balas Gio yang di angguki yang lain

" Gimana Des, mau di makamin kapan? " Tanya Gara sambil membuka kacamata hitam nya

" Nanti bang mau di sholatin dulu di masjid "

Mereka semua mengangguk mengerti lalu kembali diam mendengarkan warga sekitar yang sedang membaca Yasin.

Gara merasakan tangan nya di genggam lebih erat menolehkan kepalanya, melihat pacar nya Mayla sedang memandangi ibu dan kedua adik Bades yang sedang menangis.

Merangkul bahu Mayla dan berbisik" Shut~ gak boleh nangis " Mayla mengangguk sambil mengusap pipi nya yang basah

" Bang ayah gw mau di sholatin, lo tunggu di sini aja atau gak langsung ke ambulans nya"

" Kita ikut, tunggu di depan masjid aja biar bisa bantu bawa keranda " kata Juan yang di angguki yang lain

Mereka bukan nya tak mau ikut Sholat atau bagaimana, hanya saja mereka non-muslim.

Inilah salah satu cara mempererat persahabatan mereka, dengan menjunjung tinggi solidaritas.

" Kamu sama ibu nya Bades dulu ya, aku sama yang lain mau ke masjid " mengusap kepala Mayla

Sepeninggal Gara dan yang lain Mayla berjalan dan mendudukkan dirinya di samping ibu dan adik-adiknya Bades,

" Assalamualaikum Tante " sapa Mayla

Mawar ibu Bades menoleh ke samping " walaikumsalam, temen nya Bades ya? " mengusap pipi nya yang basah

" Iya tante, sebelum nya saya turut berdukacita atas meninggalnya ayah Bades. Saya di sini hanya bisa mendoakan untuk beliau "  Mayla menggenggam tangan ibu Bades berusaha menguatkan

" terimakasih atas doa nya itu sudah lebih dari cukup " dengan senyum yang sangat teduh dan menenangkan

" Itu memang sudah takdir dari Allah untuk ayah Bades, mungkin ini yang terbaik menurut nya "