Sambil kami menikmati mangga yang emak siapkan untuk kami, kami menonton acara televisi sambil bersanda gurau.
Suara azan magrib-pun terdengar.
Emak berteriak menyuruh anak-anaknya untuk melaksanakan sholat magrib.
Genta yang sudah pulang dari kemah-nya mengajak Danu dan Bima melaksanakan sholat di Masjid dekat rumah sedangkan aku sholat sendiri di kamarku.
Setelah selesai sholat, aku membantu emak merapihkan makanan di meja makan untuk makan malam kami.
"Besok.. mak jalan jam empat pagi. Kamu jangan sampe bangun kesiangan. Nanti sarapan dulu sebelum jalan trus adekmu juga pastiin dia sarapan, jangan lupa di cek semua jendela pintu harus sudah dikunci semua. Jangan bawa kunci ke sekolah taro di bawah pot bunga inget"
"Mak... mak.. Maudi udah tau kali gak usah mak bilang terus terusan. Kaya maudi baru ditinggal mak pergi subuh subuh aja"
"Ini anak diingetin malah ngomel. Maksut emak kan ngingetin Maudi"
"Iya mak iya"
Suara Danu, Bima dan Genta yang sudah pulang terdengar sampai ruang makan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
"Malem tante..."
"Iya malem Danu.. yuk Danu sama Bima kita makan sama-sama"
"Yah... kok Genta gak di tawarin Mak"
"Duh duh duh anak emak, kamu juga makan yang banyak"
Aku hanya diam memperhatikan emak yang sibuk menuangkan nasi beserta lauk pauknya kepada Danu, Bima dan Genta. Sedangkan aku mengambil lauk sendiri.
Hahhhhh sudah biasa emak seperti itu. Ya.. karna Genta bungsu jadi lebih diperhatikan. Sedangkan Bima dan Danu adalah tamu. Kata emak.. tamu dan pembeli ada raja yang harus dilayani dengan baik.
Setelah selesai kami makan, Aku segera mengajak Bima dan Danu ke kamarku.
"Aduhh kenyang banget jadi ngantuk" Celetuk Bima sembari mengelus elus perutnya.
"Enak aja ngantuk, bentar gue ambil boneka jaelangkungnya"
Aku merogoh sesuatu di dalam tas-ku.
"Nah ini dia.. boneka jaelangkungnya" aku bikin pake batok kelapa kecil yang aku ikat di kayu. Tidak lupa bawahnya ku ikat lagi dengan sebuah pensil.
"Kapan bikinya?" tanya Danu
"Minggu lalu"
"Wah wah.. berarti ide ini memang udah lama ya. Trus apa hubunganya sama hantu di rumah ini yang nakutin kamu?"
"Duh Dan, banyak nanya deh kamu. Aku.. bikin ini niatnya buat nakut nakutin si genta aja. Aku gak tau bakal ada kejadian dimana aku dikerjain hantu. Nah.. berubung aku punya ini yaudah aku pake aja buat cari tau asal usul itu hantu. Sapa tau dia emang mau kasih kita informasi penting, ya gak?"
"Trus gimana cara mainya?" Tanya Bima
"Kita gelar kertas yang ada huruf ini dulu"
Kami segera mengelar kerta besar berisikan tulisan huruf A sampai Z beserta angka 0 sampai 9.
"Abis itu aku bediriin boneka ini di tengah tengah. Kalian juga ikut pegang bonekanya"
Danu dan Bima mengikuti arahanku.
"Abis itu kita baca mantra 3 kali berbarengan. Mantranya gini Jaelangkung Jaelangkung, disini ada pesta. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Okey?"
Bima dan Danu menggangguk. Lalu aku.. Bima.. dan Danu memulai ritual pembacaan mantra.
Satu kali mantra disebut tak terjadi apapun. Dua kali disebut.... tiga kali disebut... hingga menunggu beberapa menit tetap tak ada reaksi apapun.
Kami hanya terdiam dan masih memegang boneka jaelangkung. Kami saling bertatapan.
"Di, salah gak mantranya. Kok gak muncul hantunya?" Ucap Danu lirih.
"Engga.. udah bener kok"
Tiba - tiba terdengar suara pintu di ketuk. Kami bertiga seketika menatap pintu kamarku.
"Makkk..??" Teriakku memastikan jika emak yang mengetuk. Namun tak ada jawaban.
"Genta....??" teriakku lagi mengira itu genta namun tetap tak ada jawaban sedangkan ketukan pintu semakin cepat.
Kami bertiga bangkit dari posisi duduk dan berjalan pelan menuju pintu.
Danu dan Bima berjalan di belakangku.
Perlahan aku buka pintu kamarku.
"DOOOORRRRR !!!!!!!" Genta mengagetkan kami semua.
"Astagfirullah genta !!!!! kamu bikin takut aja!"
"Hahahaha emang pada ngapain sih. Ikutan dong?"
"Gak boleh. Kamu masih kecil"
"Apaan sih Di, umur kita cuman beda 1 taun"
"Ya sama aja disini kamu paling kecil"
"Pelit amat. Mas danu Mas Bima aku boleh ikut gak?"
"Enggak dibilang!"
"Udah si Maudi, bolehin aja biar tambah rame lagian kalo cuman bertiga serem juga"
"Apaan sih kalian. Kan perjanjianya cuman kita bertiga aja gak pake aja adekku juga"
"Yaudah kalo gak boleh aku bilangin emak. Emaaakkk!!!!"
Dengan sigap aku membungkam mulut adekku yang lebar.
"Oke oke ikut. Asal jangan ngadu sama Emak!"
"Siippppp"
Genta masuk ke kamarku dan kami memulai kembali ritual seperti tadi dari awal.
Namun... tetap saja tak ada tanda tanda kehadiran dari hantu tersebut.
"Ah, kita udah lama begini gak ada hantu tuh. Gak manjur mungkin" Ucap Danu kesal.
"Gak manjur gimana, aku nonton di televisi bisa kok"
"Ah, itu cuman bohongan kali. Udah ah tidur yuk ngantuk!"
"Iya dan.. aku juga ngantuk" Suara Bima sembari menguap.
"Emang mau manggil hantu apa si Di?" Tanya Genta penasaran.
"Ah panjang ceritanya. Yaudah pada tidur. Kalian tidur di kamarku semua aja. Aku takut"
"Oke" ucap mereka berbarengan.
"Genta, ambil kasur gih buat di gelar dibawah. kalian tidur dibawah aku di atas ranjangku"
"Wuuuu, kamu yang dibawah aturan kan kamu cuman sendiri kita bertiga" celetuk Bima kesal.
"Hehehehe.. kalian kan cowo"
Mereka hanya menurut saja dan ketika kasur digelar, mereka segera merebahkan diri tanpa berganti baju tidur dan langsung mendengkur. Ku lirik jam dinding menunjukan pukul 11 malam. Selama itu ternyata kami memainkan jaelangkung.
Akupun merasa mengantuk dan terlelap tidur.
Emak yang akan tidur mengecek kondisi kamarku. Tak lupa ia juga mematikan lampu kamarku.
Suasana hening dan gelap.
Rasanya aku belum pulas benar sehingga masih bisa mendengar dengan jelas jika ada suara apapun di kamarku.
Awalnya hanya terdengar detak jam dinding saja, lama lama... terdengar seperti ranjangku berderit seperti dinaiki sesuatu. Entah apa itu, gepal.. aku tak bisa melihat.
Ku rasakan sesuatu menyentuh kakiku.. seperti tangan menarik selimutku perlahan.
Aku hendak bangun namun badanku terasa kaku. Keringat dingin mulai bercucuran. Tak tahan lagi.. aku berteriak ketakutan.
"Aaaaaagghhhhhhhhh !!!!!!"
Teriakanku membangunkan Bima Danu dan Genta. Dengan cepat Genta segera menyalakan lampu.