"Kau datang lagi ternyata! Aku sudah bilang berulang kali agar meninggalkanku sendirian. Kau harus belajar mengabaikan banyak hal demi kehidupanmu di masa depan. Tidak ada peran yang cocok dalam masyarakat jika kau cuma melatih skill membangunkan orang yang tertidur, kecuali jika cita-citamu ingin jadi seekor ayam."
Aila mengalihkan wajahnya sedikit, membuat rambutnya yang terikat di dua sisi berayun. "Me-memangnya kenapa? Aku juga tidak melakukannya karena aku ingin. Padahal aku sudah bekerja keras menasihatimu, apa kamu memiliki gangguan pendengaran? Atau kamu kesulitan dalam mengerti pembicaraan?"
"Tolong sadarilah kalau aku sengaja mengabaikan kata-katamu." Edwin tersenyum ringan dengan ekspresi yang tampak meminta dimengerti.
"Aku baru kali ini bertemu dengan orang yang terang-terangan mengucapkan itu."
Aila mengerutkan keningnya, menoleh dengan sekuat tenaga. Kelopak matanya menyempit hingga hampir menyembunyikan lingkaran merah pada bola matanya.