"Julian, kau tidak istirahat saja? Tubuhmu masih lemah!"
Sang ratu langsung menyongsong Pangeran Julian dengan ekspresi wajah yang dibuat sangat khawatir.
Pangeran Julian hanya tersenyum menanggapi kekhawatiran ibunya. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan itu, dan secara otomatis, pintu itu tertutup dengan sendirinya.
Kedua telapak tangan Pangeran Jeelian mengepal mendengar betapa pongahnya sang saudara tiri untuk menggantikan posisi dirinya di istana.
Terlihat sekali, bahwa memang itulah yang diharapkan oleh Pangeran Julian selama ini.
"Kak, Jeelian, aku tahu kau tertekan karena harus menikah dengan wanita. Aku tahu rasanya seperti apa, jadi biarkan aku yang menggantikan dirimu, selama dirimu tidak bisa menganggap wanita itu penting. Jika kau memang ingin pergi, pergi saja, serahkan semua yang ada di sini untuk aku menjaganya, kau tidak perlu khawatir."
"Kau, tidak perlu melakukan apapun, Julian. Karena tidak ada yang harus kau lakukan."