Pemuda dengan paras manis dan lembut, pemilik mata sebening kristal dengan bibir merah delima, berkulit putih halus dengan tinggi 170 cm itu sedang memandangi langit malam dari balkon apartemennya.
Arkana Louis pemuda awal 23 tahun itu tidak ada bosannya menghabiskan malam dengan ditemani angin dingin yang berhembus di permukaan kulitnya karena enggan menggunakan pakaian tebal.
Tidak terasa sudah lima tahun lamanya ia menetap di kota ini, Arkana memilih untuk pergi demi kebaikan semua pihak, setidaknya itu pikiran terakhirnya sebelum meninggalkan kota kelahirannya.
Tapi, ternyata Arkana salah perhitungan, pemuda cantik ini berpikir pergi berharap agar kondisi menjadi jauh lebih baik, Arkana berharap apa yang mereka mulai bisa kembali pada titik awal.
Kembali pada titik dimana mereka tidak saling mengenal.
Kembali pada titik dimana mereka memiliki jalan sendiri.
Dan kembali pada titik dimana Arkana masihlah seorang remaja yang polos.
Remaja yang masih normal dan tidak terjerat dengan pemuda yang sudah berusaha Arkana lupakan, lima tahun belakangan ini.
Si manusia iblis dengan segala tipu dayanya.
Mau di kata menyesal, Arkana juga tidak bisa membalikkan waktu, tidak bisa mengembalikan semuanya.
Pertemuaan yang tidak sengaja terjadi siang tadi di salah satu pusat perbelanjaan membuat Arkana kembali merasakan sakit.
Seharusnya lima tahun lalu Arkana membiarkan pemuda itu mati di atas ranjang rumah sakit, Seharusnya Arkana tidak mempercayai temannya, Seharusnya Arkana berpikir sebelum bertindak.
Seharusnya Arkana tidak menolong Pemuda itu dengan salah satu organ tubuhnya, Seharusnya Arkana berpikir sebelum memberikan salah satu ginjalnya pada pemuda itu.
Seharusnya Arkana tidak pernah berharap lebih pada seorang Leonardo Andrea, seharusnya Arkana berpikir sebelum mencintai pemuda itu.
Arkana menyesal.
"Huft... Apa yang bisa aku lakukan kalau pada akhirnya aku masih tetap mencintaimu Leon."
"Papa..." Suara imut seorang anak laki-laki membuat Arkana kembali pada dunia nyata.
Kenta Louis, seorang balita laki-laki berusia 4 tahun lebih itu, berdiri di dekat pintu sambil memeluk sebuah boneka beruang barunya.
Arkana tersenyum, ia menunduk mensejajarkan tingginya dengan sang putra, "Boleh papa tahu, kenapa Ken belum tidur?"
Kenta kecil, mengangguk polos, "Papa belum membacakan cerita dongeng untukku."
"Ah, benarkah? Uhm, Maafkan Papa sekarang ayo kita tidur. Papa akan sambil bercerita tentang sebuah dongeng."
"Hore!!!" Kenta kecil menguap sambil menahan mata kantuknya.
•••
Disisi lain Leonardo atau kerap disapa Leon si pemuda tampan berusia awal 25 tahun itu sedang berkilat dengan batangan rokok di ruang kantornya.
Leon tidak bisa melupakan kejadian siang tadi ketika ia tidak sengaja bertemu dengan pemuda masa lalunya itu, disalah satu pusat perbelanjaan.
Wajah yang manis dengan mata bening yang indah dan bibir merah yang dulu sempat menjadi candunya itu masih terus terbayang meski sudah lima tahun lamanya.
Panggilan telpon membuat lamunan Leon berhenti, di layar ponselnya tertera nama seorang pemuda yang sudah lima tahun ini terus menemaninya, melewati semua kesulitan yang pernah ia alami di masa lalu, pemuda yang dengan tulus menolongnya ketika ia sekarat.
"Leon, Halo..." Suara lembut itu terdengar di telinga Leon.
Senyum tipis terpampang diwajahnya, "Apakah kau membutuhkan sesuatu, Dean?"
"Huft, tidak. Aku hanya merindukanmu, jangan terlalu lelah, kau harus banyak istirahat. Pulanglah ketika pekerjaanmu selesai, aku mencintaimu."
"Sebaiknya kau istirahat, kesehatanmu jauh lebih penting. Aku akan pulang besok, jadi jangan menungguku."
"Aku mengerti, kalau begitu selamat malam Leon."
Panggilan itu berakhir, Leon menghela napasnya berat, terkadang dirinya merasa tidak adil pada pemuda cantik bernama Dean Lixz itu.
Lima tahun lamanya, Leon membiarkan pemuda itu terus berada di sisinya, melindungi pemuda itu, dengan harapan bahwa semua kondisi akan membaik dengan penghianatan Arkana dan cinta tulus dari seorang Dean, yang merupakan teman Arkana sendiri.
Leon merasa berutang budi pada Dean karena pertolongan yang pemuda itu berikan ketika ia sekarat di rumah sakit, bagaimanapun juga Ginjal yang sekarang ia gunakan adalah milik Dean.
Leon merasa harus melupakan Arkana dan membuka lembaran baru dengan Dean, tapi entah bagaimana lima tahun lamanya bersama dengan Dean, Leon tidak pernah bisa merasakan perasaan istimewa ketika berada di dekat Dean.
Bahkan sampai sekarang ini, Leon masih bisa membedakan rasa manis pada bibir Dean dan Arakan. Sampai sekarang Arkana masih menjadi pemenang pertama, dari semua bibir yang pernah Leon singgahi.
arght!!! Membayangkan Arkana membuatnya bisa jadi gila. ada apa dengannya? Seharusnya Leon sadar kalau yang berada di sisinya sekarang adalah Dean, seharusnya ia membayangkan Dean. Kenapa masih Arkana? Seorang pemuda cantik yang sekarang sudah memiliki keluarga kecil.
TBC
Catatan penulis:
Cerita ini Shounen-Ai jadi tidak akan menampilkan hal yang berlebihan.
Jika suka silahkan tinggalkan bintang dan komentar kalian.